Thursday, November 6, 2014

Mengerti Dengan Angka Bukan Perasaan

Orang-orang jepang memiliki perhatian dengan angka. Prinsip dasar yang mereka pegang teguh terutama di perusahaan tempat saya bekerja adalah “Mengerti dengan angka bukan dengan perasaan karena angka menunjukan kebenaran..” Sebagai seorang akuntan tentu saja angka menjadi suatu hal yang sangat penting karena dengan angka kita menilai kinerja suatu perusahaan melalui lapora keuangan, begitu pun dengan kepuasan pelanggan semua terukur dengan angka. Kualitas produk diukur oleh bagian quality control dengan standar ukuran angka. Bahkan penilaian akhir seorang karyawan diukur dengan angka. Berapa kali bolos, izin atau cuti, intesitas keterlambatan dan jam pulang semua dihitung dengan angka. Sehingga angka memberikan kita kejelasan dan kepastian.

Ramai-ramai kita membicarakan kinerja para menteri di kabinet kerja pemerintahan yang dipimpin oleh jokowi-JK. Masyarakat seolah-olah mendapatakan angin segar melihat performa yang ditunjukan oleh beberapa menteri dikabinet. Masyarakat menjadi optimistis bahwa orang-orang yang terpilih ini yang akan menyelesaikan persoalan mereka. Namun ternyata kita lupa bahwa yang seharusnya kita nilai bukan hanya kinerja aparat/pejabat suatu pemerintahan secara individu tetapi juga lembaga, institusi atau kementrian yang dibawahinya. Kita terpukau dengan pembicaraan seorang menteri di media sosial yang telah melakukan ini itu, sidak kesana kemari dan dikatakan telah berhasil padahal baru beberapa hari dilantik dan belum ada standar ukuran keberhasilan kementrian yang dibawahinya.

Ukuran Menjadi suatu hal yang penting karena menjadi acuan bagi kita dalam memberikan penilaian yang objektif terhadap suatu hal. Sesuatu yang tidak terukur biasanya lebih bersifat subjektif atau prasangka belaka. Sehingga Apa yang dilakukan oleh para menteri tersebut dinilai baru sebatas Itikad baik dari mereka untuk memberikan yang terbaik dan melakukan yang terbaik sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya sebagai menteri. Ukuran keberhasilan dari kementrian yang dibawahinya juga menjadi tolak ukur apakah pejabat publik ini benar-benar bekerja ataukah hanya mengutamakan citra. Menurut banyak orang menteri INI begitu wah tapi ternyata dengan standard ukuran bisa menjadi biasa-biasa saja.

Kita ambil saja contoh ada beberapa kementrian periode kepemimpinan SBY yang memiliki prestasi yang baik Dan terukur, seperti halnya KemKominfo yang telah berhasil meningkatkan pendapatan Negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,9 Trilliun atau 110.94 % dari target yang telah ditetapkan. Di sektor pertanian Negara kita telah berhasil meningkatkan produksi gabah kering. Dari 69.06 Juta Ton menjadi 70.87 Juta Ton pada tahun 2013 meningkat 26 % dari tahun lalu. Ditingkat provinsi ada banyak kepala daerah yang memiliki banyak prestasi yang terukur seperti Ahmad Heryawan dengan laporan keuangan dengan opini wajar Tampa pengecualian Dan penerapan e-goverment seperti tender secara online.

Meski kita adalah orang awam mau tidak mau kita harus memberikan standar ukuran yang lebih tinggi karena yang kita nilai adalah seseorang yang memiliki jabatan tinggi setingkat menteri atau bahkan Presiden. Jadi mulai Dari skarang kita tentukan apa yang menjadi ukuran keberhasilan pemerintah dengan para menteri Dan presidennya karena sekali lagi ukuran atau angka menjadi kontrol Utama.

Cikarang, 6 November 2014