Sunday, November 8, 2009

BERPIKIR DAN BERJIWA BESAR

Ada sebuah kisah dimana pada waktu itu ada seorang anak yang melakukan kegiatan diluar kebiasan anak-anak seusianya. Seorang guru baru menyadari hal itu ketika ia meminta murid-muridnya menggambarkan sesuatu. Sang anak hanya mewarnai kertas gambarnya dengan warna hitam kelam dan hal ini lah yang dilakukan sang anak berulang-ulang, pun ketika ia berada di rumah. Sang ibu yang merasa khawatir dengan kebiasaan anaknya itu setelah bersepakat dengan suaminya. mereka berdua berencana membawa sang anak ke seorang psikiater.
Sang psikiater dengan dibantu oleh beberapa temannya mencoba melakukan penelitian terhadap sang anak. Dia diminta untuk melakukan hal sama seperti yang ia lakukan seperti biasa. Sang anak sudah menghabiskan setidaknya 400 lembar kertas gambar dengan ukuran yang sama. Gambar yang ia buat pun seperti biasanya hanya berupa lembaran-lembaran kertas berwarna hitam. Namun yang menarik adalah tidak semua kertas diwarnai secara utuh. Ternyata gambar yang dibuat merupakan sebuah gambar bercorak. Tidak semuanya hitam, tetapi beberapa sisi terlihat sebagain berwarna putih bahkan ada yang hampir sepenuhnya tidak berwarna. Sungguh menakjubkan, ternyata gambar yang dibuat itu merupakan serangkaian puzzel yang ketika disusun ternyata membentuk seekor paus putih dengan ukuran sebenarnya.
Dari cerita di atas kita sebenarnya dapat mengambil sebuah hikmah dimana saat ini kita sedang membicarakan orang-orang yang berpikir dan berjiwa besar, yaitu orang-orang memilki sebuah mimpi dan dia menganggap mimpi itu adalah cita-cita yang memiliki jangka waktu. Dia berpikir bahwa keyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Sang anak mungkin tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang disekitarnya karena ia memiliki sebuah cita-cita besar yang ingin ia wujudkan dan memang pada hakikatnya ada sebuah konsekuensi yang harus kita terima dari setiap apa yang kita pikirkan. Bagi orang-orang yang berjiwa besar ia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Sesulit apapun jalan yang akan ia tempuh, ia akan tetap melaluinya karena hal itu menjadi bagian dari sekenario besar yang telah ia siapkan.
Ditangan kanannya ada sebuah visi, dan ditangan kirinya ada sebuah misi. Azam yang kuat menjadi suatu yang mengakar didalam hatinya. Dan inilah yang menjadikannya tetap hidup ditengah orang-orang yang jiwanya telah mati atau disekumpulan orang-orang yang sudah kalah dan menyerah kepada Takdir yang telah memilihnya. Tapi tidak bagi orang-orang berpikir dan berjiwa besar, mereka memilih takdir mereka masing-masing. Bukankah Allah SWT telah mengatakan bahwa Ia tidak akan merubah kondisi suatu kaum sebelum kaum itu merubah dirinya sendiri. Maka orang-orang inilah yang senantiasa terbuka terhadap perubahan itu.

Tuesday, October 6, 2009

GOBALISASI DAN PENDIDIKAN

Globalisasi berasal dari kata Global yang artinya Universal. Memang sampai saat ini belum ada definisi yang baku tentang Globalisasi itu sendiri tergantung dari segi mana seseorang memandang kata itu. Tapi kita bisa mengatakan bahwa globalisasi adalah adalah sebagai sebuah proses sosial atau, sejarah atau proses alamiah yang akan membawa sebuah bangsa dan negara didunia makin terikat satu sama lain untuk mewujudkansatu tatanan kehidupan yang baru dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan kebudayaan. Globalisasi merupakan sebuah transformasi sosial dan transformasi ini telah membawa kitapada globalisme yaitu sebuah kesadaran dan pemahaman barubahwa dunia adalah satu dan kita menyadari bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah perubahan. Dan istilah tersebut telah mencakup pengertia yang simultan terutama dalam bidang ekonomi politik dan budaya
Keterkaitan antara elemen-elemen terjadi akibat perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Karena memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya maka bisa dikatakan berbagai peristiwa keputusan dan kegiatan dibelahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu ataupun masyarakat yang lain. Dengan adanya globalisasi kebudayaan lokal, jati diri bangsa, dan identitas kedaerahan akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen dan lebih besar walaupun tidak semuanya benar karena terdapata arus globalisasi yang sifatnya positif dan membawa kemajuan.
Globalisasi menyebabkan pasar dan ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung antara satu negara dengan negara lainnya. Dan sebagian besar orang menganggap globalisasi dalam perekonomian ini memiliki kecenderungan kearah kapitalis dimana peran pemerintah dalam perekonomian dikurangi sehingga tiadakada batasan-batasan bagi sebuah negara untuk melakukan transaksi.
Globalisasi dalam sektor budaya ditandai dengan peningkatan interaksi antara negara-negara melalui media masa yang akhirnya akan merubah kebudayaan sebuah negara dan menghilangkan jati diri bangsa tersebut. Cara berpakaian, berinteraksi atau perubahan gaya hidupbisa menjadi ciri-ciri adanyaglobalisasi dalam sektor kebudayaan. Ciri yang paling mudah yang bisa kita lihat adalah ketika semua orang didunia sudah memakai celana Levis.
Selain ekonomidan politik, globalisasijuga telah mempengaruhi sektor pendidikan. Banyak kasus yang bisa kita lihat yang menjadi ciri telah adanya proses perubahan dalam sektor pendidikan dinegara kita dimana perubahan tersebut sebagaidampak dari adanya gelobalisasi sehingga butuh adanya beberapa penyesuaian dari sektor pendidikan. Beberapa ciri-ciri tersebut diantaranya :
1. Liberalisasi pendidikan sebagai salah satu komoditas yang jasa yang diperjual belikan atas dasar perjanjian negara-negara yang tergabung dalam WTO dalam perjanjian General Agreement on Trade in Service (GATS). Perjanjian inimenandakan bahwa antara negara-negara yang terlibat dalam organisasi tersebut saling memiliki keterkaitan dan pengaruh dalam bidang perekonomian sehingga dibuatlah perjanjian tesebut berikut juga dengan kesepakatan-kesepakatan lainnya. Liberalisasi disini juga memiliki pengertian pengurangan peranan pemerintah dalam mengelola sektor-sektor yang ada dengan menghilangkan kebijakan-kebijakan protektif atau larangan-larangan yang memberikan batasan, tentunya secara legal formal dengan membuat kebijakan-kebijakan yang memberikan kemudahan bagi pihak asing untuk mengakses komoditas pendidikan. Dengan liberalisasi ini pemerintah memberikan otoritas kepada pengelola lembaga penyelenggara pendidikan untuk bisa mengelola lembaganya masing-masing secara profesional. Liberalisasi pendidikan di Indonesia ditandai dengan peraturan pemerintah tentang penetapan perguruan tinggi sebagai Bada Hukum Milik Negara (PP No.61/1999) dan juga pada saat ini dipayungi dengan adanya UU BHP.Undang-undang ini memberikan otorisasi kepada pengelola lembaga termasuk investasi yang dilakukan oleh pihak asing.
2. Sertifikasi tenaga guru dan dosen dengan disahkannya UU Guru dan Dosen. Di era globalisasi ini tentunya manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah manusia yang mampu mengahadapi persaingan yang semakin ketat dengan negara lain. Sehingga dengan dibuatnya sertifikasi tenaga guru diharapkan mapu menghasilkan tenaga pengajar yang berkualitas yang pada akhirnya guru-guru yang dihasilkan dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional untuk menghasilkan generasi yang unggul untuk membawa negerinya turut bersaing dalam persaingan global.
3. Dibuatnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini dibuat bukan atas dasar kebutuhan dan kemampuan tingkat satuan Pendidikan yang berbeda saja. Tapi juga kurikulum ini dibuat atas dasar agar pelaksana tingkat satuan pendidikan dapat meresnpon setiap perubahan yang terjadi di era globalisasi ini. Dihampir setiap sekolah pada saat ini telah mengudakan metode pengajaran dengan menggunakan Dwi bahasa di setiap mata pelajaran disekolah. Bahkan ada beberapa sekolah yang menetapkan Bahasa Inggris dan Mandarin sebagai mata pelajaran wajib. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan komunikasi siswa dengan menggunakan bahasa asing. Selain sekolah yang membuka kelas internasional menjadi salah satu ciri globalisasi dalam sektor pendidikan. Dengan dibuatnya beberapa kebijakan seperti ini dalam dunia pendidikan semat-mata untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja yang berkualitas yang dapat bersaing di pasar dunia terlebih agar nanti agar kita tidak menjadi budak di Negeri sendiri setelah adanya perdagangan bebas.
Lalu pertanyaan kita selanjutnya adalah bagaimana sikap kita terhadap globalisasi ini. Dalam menghadapi kenyataan seperti ini kita menghadapi dua pilihan antara membiarkan diri terseret oleh globalisasi atau kita manfaatkan globalisasi sebagai sebuah momentum untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas diri. Jika pilihan kedua menjadi keyakinan kita maka yang perlu kita lakukan adalah sebuah persiapan yang bisa kita lakukan untuk memasuki sebuah sistem itu secara sadar. Kita harus mendefinisikan dengan jelas moderenisasi seperti apa yang bisa kita jadikan dasar untuk menjalankan modernisasi pendidikan. Kita bisa mengatakan sepakat atau tidak terhadap beberapa kasus yang telah disampaikan diatas. Banyak pembahasan liberalisasi yang berujung pada komersialisasi dan privatisasi pendidikan yang hanya diperuntukan bagi golongan menengah keatas yang pada akhirnya globalisasi ini akan mengarah pada pengakuan eksistensi akan sistem kapitalis dimana yangkuatlah yang berkuasa. Tapi disatu sisi globalisasi dalam pendidikan memang pada saat ini dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global dan kita terlanjur berada didalam world systemdan tidak bisa melepaskan diri darinya. Penyesuaian kurikulum terhadap situasi yang berkembang tidak hanya dibutuhkan agar masyarakat kita dapat bersaing dengan masyarakat dinegara-negara lain, tetapi juga penyesuaian kurikulm ini sebagai salah satu bentuk respon akan dampak dari globalisasi sehingga bangsa kita tetap menjadi bangsa yang memiliki karakter dan sadar akan jati diri yang dimilikinya. Budaya lokal tetap menajadi identitas bangsa ini dan sekolah menjadi institusi pembentuk nalar dan budi masyarakat Indonesia yang berkarakter ditengah arus globalisasi.

Friday, August 21, 2009

NORMALISASI KONDISI KAMPUS DALAM KONTEKS KEKINIAN

Oleh : Misbahurrohim

Belum hilang dari ingatan kita ketika dulu pada masa Orde Baru berkuasa, soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai presiden ternyata menyadari bahwasanya mahasiswa memiliki kekuatan yang sangat luar biasa untuk mengoyang pemerintahannya pasca pemilu 1977. Dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi yang dikenal dengan NKK/BKK, rezim yang berkuasa pada saat itu mencoba untuk memandulkan gerakan mahasiswa dengan melarang organisasi tingkat universitas yang senantiasa menjadi motor pergerakan. Pihak rektorat yang menjadi kepanjang tangan pemerintah pada saat itu dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa yang terlalu over bersikap kritis. Pemerintah melalui Pihak rektorat mencoba mengarahkan mahasiswa agar kembali kebangku perkuliahan dan segala bentuk mobilisasi masa ke jalan-jalan dianggap suatu hal yang tidak wajar. Setelah organisasi kemahasiswaan tingkat Universitas dilarang, pergerakan mahasiswa terkonsentrasi di kantung-kantung Himpunan tingkat jurusan walaupun dirasa pergerakan mereka tidak lagi masif seperti dulu.
Lain dulu lain sekarang, sikap kritis terhadap segala bentuk kebijakan pemerintahan kampus maupun pemerintahan Negeri ini tidak lagi dibatasi. Dengan bekal dan perlindungan dari paham demokrasi, setiap orang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan segala bentuk kekecewaannya terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Terlepas dari itu nampaknya hari ini kita harus mulai bersikap hati-hati kembali ketika hari ini birokrasi kampus senantiasa ikut turut campur dalam segala bentuk kegiatan kemahasiswaan. Kita juga harus senantiasa waspada ketika pihak pengelola lembaga kampus senantiasa melakukan intervensi terhadap konsep kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa. Kebanyakan orang berpikir bahwa itu sebagai suatu hal yang wajar karena fungsi lembaga adalah mengawasi jalanya kegiatan kemahasiswaan agar senantiasa berada dalam koridor yang tepat dan kegiatan yang dilakukan diupayakan mendukung ketercapaan tujuan yang sangat diinginkan oleh pihak universitas. Hari ini sepertinya kita perlu berikir lebih jauh atas apa yang pemerintahan elit kampus lakukan pada hari. Siapa tahu ada sekenario besar yang sedang disiapkan untuk memberantas habis gerakan mahasiswa yang kian hari kian memanas. Dan perlu kita sadari bahwasanya hari ini kita memasuk kembali suatu masa dimana kampus dijadikan suatu kawasan yang steril dan kondusif meskipun pola-pola yang digunakan tidak lagi represif dan cenderung halus. Kebijakan yang tak kasat mata sering kali bermain dan tangan-tangan tak mampak berada dibalik pergerakan mahasiswa yang tidak lagi murni. Dengan kata lain kita memasuki normalisasi kondisi kampus dengan format dan gaya baru.
Contoh kasus beberapa waktu yang lalu kita masih ingat ketika rektor Universitas Pendidikan Indonesi melaui direktorat kemahasiswaan mengeluarkan surat keputusan dengan memberlakukan jam malam dan melarang mahasiswa menjalankan aktifitas dimalam hari. Padahal malam hari merupakan waktu yang paling tepat bagi seorang mahasiswa untuk mengembangkan kreatifitas berpikir setelah menghabiskan waktu di siang hari dengan aktifitas-aktifitas akademik. Dan sungguh sangat di sayangkan ketika itu justru Universitas mengadakan kegiatan dimalam hari yang bekerjasama dengan Televisi swasra. Tidak lama setelah itu kesekertariatan mahasiswa di sentralkan di Pusat Kegiatan Mahasiswa dimana disana juga mahasiswa hanya bisa menggunakan fasilitas sekretariat kemahasiswaan hingga sore hari. Fasilitas yang terlalu berlebihana bisa juga dijadikan sebagai indikator dimana dengan fasilitas yang diberikan oleh lembaga, mahasiswa merasa dimanjakan dan tentunya hal ini dapat mengurangi kekritisan terhadap segala bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah khususnya rektorat. Bahkan dengan adanya beasiswa yang diberikan kepada sejumlah aktifis setidaknya dapat melunturkan idealism yang dimiliki. Kita akan mengangap lembaga telah berjasa karena telah meberikan cukup bantuan kepada mahasiswa. Sehingga kini mahasiswa seakan-akan melupakan peran dan funsinya sebagai agen perubah yang seharusnya bisa peka terhadap kondisi disekitarnya
Apabila dilihat dari sisi akademis nampaknya hal yang sama juga telah terjadi. Kurikulum akademik yang dibuat sangat padat dan mengharapkan mahasiswa lulus tepat waktu, menghambat seorang mahasiswa untuk aktif berorganisasi. Biaya perkuliahan yang sangat tinggi membuat kebanyakan mahasiswa berpikir ulang dan tidak mau mensibukan dirinya dengan aktifitas kemahasiswaan yang juga sangat padat. Paradigma mahasiswa yang akademis sering kali digulirkan jauh-jauh hari sebelum mahasiswa baru memasuki awal perkuliahan. Contohnya saja kegiatan penerimaan mahasiswa baru di UPI yang dikenal dengan nama MIMOSA dibuat dengan konsep tiga hari. Tentunya kegiatan itu segaja dikonsep dengan dipadati oleh materi-materi kelembagaan yang sifatnya mengarahkan mahasiswa baru ke sisi akademis dan mengurangi muatan-muatan pergerakan mahasiswa disana.
Sungguh sangat disayangkan ketika sebagian besar mahasiswa tidak menyadari akan hal itu. Sikap apatis terhadap kebijakan rektorat lebih dikedepankan bahkan cenderung berada dalam satu barisan kendati kebijakan tersebut masih dipertanyakan dan hal yang sungguh sangat memprihatinkan ketika sesama mahasiswa berada dalam kubu yang berbeda. Pihak birokrasi merasa aman sekarang karena mahasiswa yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengkritisi kebijakan kampus disibukan dengan urusannya masing-masing dengan sesama mahasiswa itu sendiri.
Untuk itu Himbauan kepada seluruh aktifis pergerakan mahasiswa agar senantiasa waspada terhadap segala bentuk dan upaya yang dilakukan untuk memperlemah pergerakan mahasiswa. Dan tanamkanlah rasa takut dalam diri kita ketika kita meningalkan generasi yang lemah setelah kepergian kita. Generasi yang tidak mampu berbuat banyak ketika kemungkaran berada di hadapan kita. Generasi lemah yang tunduk terhadap penguasa otoriter. Generasi yang dihasilkan dari berbagai upaya untuk membangun sebuah kampus yang steril dan kondusif serta jauh dari nilai-nilai politik.

Saturday, August 8, 2009

MENUMBUHKAN SENSE OF CRISIS SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MENSIKAPI KURANG OPTIMALNYA PELAYANAN KEMAHASISWAAN

Kebanyakan diantara kita ternyata telah terjebak dalam dimensi ruang dan waktu yang membuat kita lupa akan fungsi dan peran kita sebagai seorang mahasiswa. Padatnya aktivitas kita sehari-hari menyebabkan kita tidak bisa meluangkan waktu untuk sekedar menyapa tetangga disamping kiri dan kanan rumah kita. Akibat dari begitu banyaknya tugas-tugas rumah yang harus dikerjakan menyebabkan kita tidak bisa menyempatkan waktu walau sekedar untuk menyaksikan berita di televisi ataupun mendengarkan radio. Bahkan rutinitas kita sehari-hari ternyata menyebabkan kita tidak bisa melakukan hal-hal lain diluar kebiasaan kita. Seingga kita lupa ada hal besar yang harus kita lakukan yaitu perubahan.
Tanpa kita sadari ternyata begitu banyak permasalahan yang terjadi diisekitar kita dan tanpa disadari pula kita telah menganggap permasalahan tersebut merupakan hal yang biasa atau bahkan permasalahan tersebut seolah-olah bukan sebuah per masalahan yang harus diselesaikan. Sehingga banyak hak-hak yang sebenarnya telah menjadi milik kita atau pun teman-teman kita namun kita abaikan.
Mulai saat ini coba kita renungi hal-hal yang terjadi disekeliling kita (khususnya dilingkukangan kampus) dari yang sifatnya kecil menyangkut diri sendiri sampai pada hal-hal yang sifatnya besar menyangkut hajat hidup orang banyak dan kadang kala hal-hal itu dapat kita temukan melalui pertanyaan-pertanyaan sederahana. Misalkan :
• seberapa sering dosen salah satu mata kuliah anda tidak masuk? Apakah itu bukan masalah?
• Apakah kualitas pengjaran yang diberikan sudah sebanding denga besarnya dana yang sudah anda keluarkan? Apakah itu bukan masalah?
• Seberapa sering anda menjalankan praktikum mata kuliah? Padahal setiap tahun anda mengluarkan dana untuk biaya praktikum? Apakah itu bukan masalah?
• Bagaimana dengan Fasilitas Kebersihan? Pernahkah anda melihat tong samph di sudut-sudut? Apakah itu bukan masalah?
• Sudah tersediakah Fasilitas untuk pejalan kaki? Bagaimana dengan mahasiswa berkebutuhan khusus? Apakah itu bukan masalah?
• tahukah anda berapa banyak mahasiswa baru dan mahasiswa lama yang meminta penangguhan? Apakah itu bukan masalah?
• Bagaimana dengan kejelasan regulasi beasiswa? Ketika anda menjadi orang yang berhak mendapatkannya tetapi justru yang berkecukupan yang diberikan? Apakah itu bukan masalah?
• Bagaimana dengan pelayanan akademik? Apakah itu bukan masalah?
• Bagai mana dengan pengelolaan jas almamater oleh rektorat?
• Bagaimana Kejelasan informasi tentang berbagai macam hal? Sudahkah anda puas?
• Gedung-gedung megah berdiri, dan kini Isola Heritage sedang dibangun. Disaat pelayanan tidak optimal tapi pembangunan dikampus tetap berjalan? Apakah itu bukan masalah?.

Ketika pertanyaan-pertanyaan diatas lepas dari benak kita, maka hal itu menandakan kita tidak lagi berpikir kritis.
Kebanyakan diantara kita ternyata telah terjebak dalam dimensi ruang dan waktu yang membuat kita lupa akan fungsi dan peran kita sebagai seorang mahasiswa. Padatnya aktivitas kita sehari-hari menyebabkan kita tidak bisa meluangkan waktu untuk sekedar menyapa tetangga disamping kiri dan kanan rumah kita. Akibat dari begitu banyaknya tugas-tugas rumah yang harus dikerjakan menyebabkan kita tidak bisa menyempatkan waktu walau sekedar untuk menyaksikan berita di televisi ataupun mendengarkan radio. Bahkan rutinitas kita sehari-hari ternyata menyebabkan kita tidak bisa melakukan hal-hal lain diluar kebiasaan kita. Seingga kita lupa ada hal besar yang harus kita lakukan yaitu perubahan.
Tanpa kita sadari ternyata begitu banyak permasalahan yang terjadi diisekitar kita dan tanpa disadari pula kita telah menganggap permasalahan tersebut merupakan hal yang biasa atau bahkan permasalahan tersebut seolah-olah bukan sebuah per masalahan yang harus diselesaikan. Sehingga banyak hak-hak yang sebenarnya telah menjadi milik kita atau pun teman-teman kita namun kita abaikan.
Mulai saat ini coba kita renungi hal-hal yang terjadi disekeliling kita (khususnya dilingkukangan kampus) dari yang sifatnya kecil menyangkut diri sendiri sampai pada hal-hal yang sifatnya besar menyangkut hajat hidup orang banyak dan kadang kala hal-hal itu dapat kita temukan melalui pertanyaan-pertanyaan sederahana. Misalkan :
• seberapa sering dosen salah satu mata kuliah anda tidak masuk? Apakah itu bukan masalah?
• Apakah kualitas pengjaran yang diberikan sudah sebanding denga besarnya dana yang sudah anda keluarkan? Apakah itu bukan masalah?
• Seberapa sering anda menjalankan praktikum mata kuliah? Padahal setiap tahun anda mengluarkan dana untuk biaya praktikum? Apakah itu bukan masalah?
• Bagaimana dengan Fasilitas Kebersihan? Pernahkah anda melihat tong samph di sudut-sudut? Apakah itu bukan masalah?
• Sudah tersediakah Fasilitas untuk pejalan kaki? Bagaimana dengan mahasiswa berkebutuhan khusus? Apakah itu bukan masalah?
• tahukah anda berapa banyak mahasiswa baru dan mahasiswa lama yang meminta penangguhan? Apakah itu bukan masalah?
• Bagaimana dengan kejelasan regulasi beasiswa? Ketika anda menjadi orang yang berhak mendapatkannya tetapi justru yang berkecukupan yang diberikan? Apakah itu bukan masalah?
• Bagaimana dengan pelayanan akademik? Apakah itu bukan masalah?
• Bagai mana dengan pengelolaan jas almamater oleh rektorat?
• Bagaimana Kejelasan informasi tentang berbagai macam hal? Sudahkah anda puas?
• Gedung-gedung megah berdiri, dan kini Isola Heritage sedang dibangun. Disaat pelayanan tidak optimal tapi pembangunan dikampus tetap berjalan? Apakah itu bukan masalah?.

Ketika pertanyaan-pertanyaan diatas lepas dari benak kita, maka hal itu menandakan kita tidak lagi berpikir kritis.

MEWUJUDKAN KAMPUS PEDULI PENDIDIKAN

Oleh : Misbahurrohim

Kamis, 30 Juli 2008 lima orang mahasiswa baru jalur PMDK akhirnya bisa melakukan registrasi ke Bank padahal beberapa waktu yang silam ke lima mahasiswa baru ini terancam tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena tidak bisa memenuhi biaya perkuliahan yang dirasa cukup memberatkan. Dengan berbekal semangat untuk menuntut ilmu mereka datang ke bandung untuk memperjuang hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Bukan bantuan dana yang mereka inginkan tapi perpanjangan masa pembayaran registrasi kalau memang UPI belum mampu memberikan bantuan fnansial. Kini kita tingggal menunggu sampai mereka terdaftar secara resmi setelah melakukan registrasi akademik tanggal 6 Agustus nanti.

Apabila berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, penyelesaian kasus mahasiswa jalur PMDK pada tahun ini sedikit berbeda. Tidak seperti kasus tahun sebelumnya ketika 14 orang mahasiswa yang diterima dari jalur SNMPTN 2008 tidak mendapatkan perhatian serius dari rektorat. Sampai-sampai pada waktu itu mahasiswa harus turun tangan ikut membantu dengan melakukan penggalangan dana untuk menutupi kekurangan biaya masuk perkuliahan bahkan mobilisasi masa pun sempat dilakukan untuk mengajukan tuntutan kepada pihak rektorat. Seperti halnya yang dikatakan oleh salah seorang pejabat elit kampus, tanpa perasaan bersalah dia mengatakan “harusnya mahasiswa yang mencarikan dana bantuan untuk mahasiswa yang kurang mampu”.

Birokrasi kampus pada saat ini cenderung bersikap terbuka terhadap kelima orang mahasiswa jalur PMDK ini walaupun sempat awal mulaya sempat dilempar kesana kemari, tetapi kini bahkan mereka dijanjikan untuk mendapatkan beasiswa walaupun statusnya belum menjadi mahasiswa. Beasiswa untuk mahasiswa baru jalur SNMPTN pun telah disediakan wlaupun jumlahnya terbatas. Entah ini mungkin merupakan salah satu cara untuk meredam pergerakan mahasiswa pada saat ini atau murni sebagai salah satu bentuk kepedulian mereka dalam rangka pemerataan kesempatan pendidikan. Tapi yang jelas aksi masa yang sempat dirancanakan oleh BEM REMA UPI urung di jalankan karena Direktur kemahasiswaan melalui pernyataannya secara tertulis menjanjikan bantuan itu.

Pihak Universitas pada tahun ini bersedia mengalokasikan dana beasiswa yang diambil dari anggaran universitas untuk membantu mahasiswa baru jalur PMDK dan SNMPTN yang tidak mampu membayar biaya masuk perkuliahan. Hal ini sebagai tindak lanjut UPI atas banyaknya keluhan mahasiswa baru yang tidak mampu membayar uang masuk seperti yang dikatakan oleh direktur kemahasiswaan cecep darmawan (Pikiran Rakyat, 31/7/2009). Sungguh sangat disayangkan bahwasanya birokrasi kampus baru menyadari akan hal ini sehingga bersedia memberikan beasiswa padahal kasus seperti ini berulang kali terjadi setiap tahunnya. Sebenarnya hanya satu hal yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu kemauan dari penentu kebijakan untuk memperhatikan permasalahan yang ada secara serius. Andai saja rektorat memiliki kemauan sejak dulu untuk menangani kasus-kasus seperti ini secara serius mungkin permasalahan ini dapat terselesaikan sejak dulu dan tidak berulang tahun-tahun berikutnya.

Mengkritisi kembali tulisan yang dimuat dalam surat kabar tersebut, sebenarnya informasi ini tidak perlu dimuat di media cetak. Kalau dipikirkan kembali justru tulisan ini memperburuk citra lembaga karena selama ini UPI menutup akses bagi mereka yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Bukan maksud kami berburuk sangka tapi seakan-akan tulisan itu dimuat untuk menunjukan pada hal layak umum bahwa UPI memiliki perhatian lebih dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan. Ibarat seorang pahlawan yang datang ditengah-tengah masyarakat yang mengalami kesulitan sang Robinhood datang membawa secercah harapan.

Perlu kita sadari bahwasanya keluhan-keluhan itu akan semakin banyak dan terus bertambah ketika kebijakan kampus yang diterapkan oleh para birokrat tidak pernah berpihak pada rakyat kecil. Kalau hari ini mereka mau beritikad baik maka kita akan senantiasa menunggu agar UPI menerapkan Sistem biaya pendidikan berkeadalilan untuk mahasiswa yang secara ekonomi mengalami keterbatasan. (2/8/2009)

DEPARTEMEN ADVOKASI

BEM REMA UPI

PERIODE 2009

Thursday, July 9, 2009

DAKWAH KEMARIN, HARI INI DAN ESOK HARI


Menjadi catatan bagi kita hari ini bahwasanya arah gerak kedepan menentukan sikap kita terhadap segala sesuatu yang terjadi pada hari ini. Ketika kita memasuki sebuah masa dan setelah masa itu berakhir dan berganti dengan masa yang lain tentunya dengan segala dinamika yang ada didalamnya, maka secara sadar maupun tidak kita akan mencoba untuk menyesuakan diri dan menjadi bagian dari dinamika itu. Tidak bisa kita punkiri, hari ini kita memasuki sebuah era baru dimana gerakan dakwah dimuka bumi harus bisa menyesuaikan diri. Agar ketercapaian tujuan yaitu tegaknya islam dimuka bumi dapat kita raih.

Setelah Rezim Soekarno Runtuh, mulailah kita memasuki masa orde baru yang berkuasa hingga 32 tahun lamanya dan selama Itu pula rezim ini berkuasa secara otoriter dinegeri ini. Dunia Islam pada waktu itu kembali ditekan karena penguaasa yang ada pada saat itu menyadari bahwa islam memiliki kekuatan yang sangat besar untuk bangkit dan memberika perlawan sehingga mereka sebisa mungkin membatasi pergerakan umat islam pada waktu itu. Masa-masa itu menjadi masa-masa yang sulit bagi kaum muslimin untuk bisa menyesuaikan diri agar islam tetap bisa eksis dimuka bumi. Tantangan yang dihadapi pada saat itu sangatlah besar. tidak ubahnya dulu ketika awal permulaan munculnya islam di jazirah arab. Namun tanpa peduli apa yang akan dilakukan para penguasa pada saat itu dakwah tetap saja mengakar dari rumah-kerumah sampai pada akhirnnya masa-masa yang sulit itu akhirnya berada di ujung lorong waktu. Dan kini kita memasuki era baru dimana Islam dengan bebas menyebar luas keseluruh penjuru dunia sebagai manifestasi dari adanya nilai-nilai demokrasi yang ada pada saat ini.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menganut paham demokrasi. Namun sayang kemana negeri ini menganut paham demokrasi sangatlah tidak jelas. Amerika saja yang dikatakan sebagai Negara paling demokratis tidak seperti itu dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia bisa dikatakan berada diluar hakikat demokrasi yang sebenarnya. Mengatasnamakan kebebasan karena negeri ini adalah Negara demokrasi, semua orang kini bebas melakukan apapun yang dikehendaki asalkan ada paying hukum yang melindungi. Kalau pun tidak ada maka tetapsaja dengan alasan kebebasan yang kebablasan mereka mencoba untuk membenarkan perbuatan keji yang mereka lakukan.

Ketika kita berbicara masalah demokrasi maka setiap orang memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu. Hal ini tentu saja menjadi sebuah peluang bagi umat islam untuk menjalankan kegiatan keagamaan dan mensyiarkan nilai-nilai islam keseluruh penjuru tanah air. Namun perlu kita ingat bahwasanya kejahiliyahan dengan bebas pula menyebar diseantero jagat karena ketika kita berbicara mengenai demokrasi maka yang kita bicarakan adalah bukan sekedar benar atau salah, melainkan legal atau tidak seperti yang dikatakan aniss mata dalam bukunya menikmati demokrasi dan itulah hakikat demokrasi yang kita pahami saat ini. Hal yang benar bisa menjadi salah ketika hal tersebut dilarang sedangkan suatu hal yang salah bisa dianggap benar ketika itu memang legal dan diatur didalam perundang-undangan. Untuk itulah memasuki era baru hari ini kita memulai untuk mengambil peranan sebagai pemangku kebijakan di Negeri ini untuk mengembalikan hakikat demokrasi kedalam Sifat dasarnya dan melegalkan hal-hal yang kita yakini kebenarannya. Tidaklah mengherankan apabila bermunculan partai-partai islam yang mencoba untuk ikut berpartisipasi dalam kancah politik karena mereka menyadari bahwasanya hari ini dakwah ditataran parlemen atau pemerintahan sama pentingnya dengan dakwah ditataran masyarakat umum. Kita tidak menginginkan regulasi yang dihasilkan oleh para pejabat pemerintahan justru kembali mengekang hak-hak rakyat untuk memeluk islam dengan teguh, tetapi yang kita harapkan adalah bagaimana dengan peraturan itu Islam semakin bersinar dimuka bumi dan kemungkaran semakin meredup seperti kegelapan.

Setiap masa memang ada waktunya. Kapan kita akan memasuki masa baru dan kapan itu akan berakhir kita tidak pernah tahu. Tapi yang jelas bahwa yang hak dan batil akan senantiasa mengiringi masa-masa itu danTinggal bagaimana kita menyikapi permasalahan itu

Oleh: Misbahurrohim

Saturday, June 20, 2009

Menuntut Penerapan Biaya Berkeadilan di UPI

Penerimaan mahasiswa baru setiap tahun ternyata menyisakan banyak permasalahan dan hal ini tidak pernah ditangani secara serius oleh birokkrasi kampus UPI. Penangguhan merupakan salah satunya. Masalah ini kerap kali muncul manakala memasuki masa penerimaan mahasiswa baru atau pergantian tahun akademik untuk mahasiswa lama. manakala sudah ada sistem baku yang diterapkan oleh pemerintah kampus permasalahan seperti ini tidaklah mesti terjadi. seperti halnya di beberapa kampus yang statusnya sama dengan UPI yaitu BHMN ternyata mereka telah lebih dulu menerapkan sistem untuk menanggulangi permasalahan yang sama. Haruskah banyak dari mahasiswa yang baru tidak bisa melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi karena biaya pendidikan yang terlalu mahal.
Semua berawal dari berubahna status UPI menjadi BHMN dan tahun depan mau tidak mau statusnya akan berubah menjadi BHP dan UPI telah melewati tiga tahun masa transisi untuk memasukinya. Dengan statusnya yang baru setiap perguruan tinggi dituntut untuk memiliki kemandirian dalam segala hal termasuk didalmnya pendanaan operasional pendidikan. Untuk menghimpun dana pihak universitas melakukan berbagai macam cara agar dapat menghimpun dana dari masyarakat. Maka dari itu dibuatlah unit-unit usaha sebagai corong untuk masuknya dana bagi pihak universitas atau dengan menjual hasil riset yang telah dilakukan kepada publik dan komersialisasi pendidikan terjadi. Namun sungguh disayangkan apa yang terjadi di Univesitas Pendidikan Indonesia. Unit-unit usaha yang dimiliki belum cukup memadai untuk menyerap dana dan hasil-hasil riset tidak ada yang bisa dijual, tidak sepertihalnya di universitas-universitas yang lain. Untuk mengatasi hal itu tentunya seperti yang dikatakan salah satu pejabat birokrasi kampus UPI, dana yang dihimpun dari mahasiswa menjadi sumber pemasukan utama untuk universitas. Pada akhirnya, biaya perkuliahan semakin meningkat. Disisi lain hal inilah yang menyebabkan banyak mahsiswa baru yang tidak mampu untuk melanjutkan perkuliahan karena keterbatasan ekonomi termasuk di UPI ada pun mahasiswa yang memang secara sadar memiliki keterbatasan tetap memaksa untuk masuk, hanya diberikan perpanjangan masa registrasi seperti yang terjadi beberapa tahun ini.
Dibeberapa universitas telah diterapkan sistem untuk Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan. artinya mahasiswa baru yang ingin melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggai bisa masuk walaupun dengan keterbatasan ekonomi. Mahasiswa baru ini tentunya cukup membayar biaya masuk sesuai dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki. Lalu pertanyaannya adalah, apakah sistem yang sama bisa diterapkan di kampus UPI. Biaya berkeadilan bisa diterapkan dengan didukung oleh sistem subsidi silang dari dana yang dihimpun melalui Ujian Masuk (UM) yang kiranya sangat besar apalagi dengan kuota yang semakin ditambah atau bisa kiranya melalui dana bantuan pemerintah yang dialokasikan untuk setiap pemerintah. Tapi entah apakah dana bantuan ini ada atau tidak atau kalau pun memang ada sudah sejauh mana pemerintahan kampus universitas bisa transparan untuk masalah ini.
ini menjadi salah satu bukti bahwa birokrasi kampus tidak pernah serius untuk mengentaskan persoalan yang ada. tulisan ini dibuat sebagai salah satu bentuk kekhawatiran terhadap dunia pendidikan dinegeri kita. bagaimana mungkin hak untuk menuntut ilmu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang berduit. Lalu harus kemanakah orang-orang yang memiliki keteratasan? jangan lah tersinggung dengan apa yang dikatakan tapi ketika anda menjadi salh satu orang yang samasama khawatir, mari kita sama-sama menuntut keadilan. kita menuntut diterapkan Biaya Operasional Pendidikan yang Berkeadilan untuk mewujudkan UPI yang berkeadilan.

Saturday, April 4, 2009

SMS Hikmah

Sering dalam hidup ini berbagai macam masalah dan aral rintangan menghadang untuk menjalani hidup ini agar lebih berarti. Namun seiring berjalannya waktu kita mampu untuk melewati itu semua. faktor persahabatan menjadi salah satu alasan yang sering melatarbelakangi kita untuk bangkit dari keterpurukan. Sahabat terdekatlah yang senantiasa memberikan kita motivasi agar tetap bersemangat menjalani hidup ini. Media yang digunakan juga cukup beragam untuk mengemukakannya. salah satunya lewat pesan singkat atau sms yang dikirimkan ketika waktu-waktu luang menghampiri seperti halnya pesan-pesan singkat yang penulis tuliskan dalam blog ini. mudah-mudahan hal ini dapat menginspirasi kita semua


"Ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk ingin sesuatu. maka fahamilah Allah SWT punya sejuta pengetahuan akan kebutuhanmu. nikmati setiap detik dengan istiqomah dan akhiri kelelahan hari dengan senyum dan ikhlas. cukuplah Allah sebagai saksi dan tujuan kita. karena Dialah sebaik-baik pemberi balasan....."

"Rabb selimuti istirahat saudar-saudarku ini dengan kemuliaan-Mu,hapuskan segala kesusahan dari hatinya, bangunkan ia saat tahajjud-Mu tiba dan rahmati ia saat subuh-Mu datang menyapa...."

"Allah maha bijak sehingga ia menciptakan seorang sahabat dengan geratis. karena jika Allah memberikan harga, aku tak akan mampu membeli sahabat yang berharga seperti dirimu"

"Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. teruslah bertahan hingga kefuturan itu futur menyertaimu. tetaplah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu"

"Rabb, ajari kami tersenyum meski berat pundak ini memikul beban. Ajari kami berlapang dada meski banyak hal menyesakan jiwa. Ajari kami memaafkan meski banyak kesalahan dilakukan. Ajari kami tetap rendah hati agar kami selalu bersyukur. turunkan rasa nikmat dalam tepi ibadah.tumbuhkan ketegaran hati dalam menapaki jalan terjal mendaki kala sendiri"

"Jika ridho-Mu ada dalam keterjagaan pada malam hari, maka kuucapkan selamat tinggal kepada rasa kantukku"

"Ketika kita memohon kekuatan, Allah memberi kita kesulitan aagar kita menjadi kuat. ketika kita memohon kebijaksanaan, Allah memberi masalah untuk kita selesaikan. ketika kita memohon kesejahteraan, Allah memberi kita akal untuk berfikir. ketika kita meminta keberanian, Allah memberi kita bahaya untuk kita atasi. Ketika kita memohon sebuah cinta, Allah memberi orang-orang bermasalah untuk kita tolong. Ketika kita mohon bantuan, Allah memberi kita kesempatan. Yakinlah bawa kita tidak selalu menerima apa yang kita inginkan, tetapi kita akan selalu menerima apa yang kita butuhkan. Saat ini, inilah yang kita butuhkan"

"Ketika wajah penat memikirkan dunia, maka berwudulah. ketika tangan lelah menggapai cita, maka bersujudlah. karena ada Allah yang selalu mendekapmu erat dan ada didekatmu melebihi dekatnya urat nadimmu..."

" Da suatu masa dimana kita memiliki kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang terbukti dan teruji telah merubah dunia dalam sejarah peradaban manusia. masa dimana setiap diri kita pasti melewatinya. masa penuh karya dan imajinasi. masa yang rentan dan penuh coba-coba. sebagian dari kita begitu menikmatinya, sebagian lagi terseret dan tertatih-tatih melewatinya. Ada yang menjadi pemeran utama ada yang sekedar figuran,ada pula yang hanya puas menjadi penonton. Setiap kita tinggal memilih, apakah ingin menjadi manusia biasa ataukah luar biasa. karena dimasa ini sangat menentukan masa berikutnya. itulah masa muda...''

"jika dakwah ibarat pohon maka pohon dakwah itu tidak akan pernah kehabisan cara untuk menumbuhkan tunas-tunas barunya...."

"Ya Allah dipagiMu ini jadikan kami pemilik segala kebaikan hari. Jangan biarkan sedikitpun kami lalai, baik dalam sepi atau ramai, sendiri atau bersama yang lain..."

"Rasakanlah sejenak suasana subuh. Allah sedang menyapamu dengan ramah lewat angin, kokokan ayam dll. tersenyumlah Allah tahu segala beban dipundakmu. Semoga Allah mempermudah dan meridhoi perjuangan kta. Maksimalkan potensi ruhiyah kita dengan ibadah. yakin, Allah menolong hamba-hambanya yang taat dan mau dekat kepada-Nya..."

"Miliki sebuah hati yang tidak pernah membenci. sebuah senyuman yang tidak pernah memudar. Sebuah sentuhan yang tidak pernah menyakiti dan sebuah persahabatan yang tidak pernah berakhitr..."