Saturday, October 5, 2013

Jangan Memancing di Air yang Keruh

Tahun ini adalah tahun politik bagi semua partai politik dinegara kita. Bagaimana tidak, tahun depan mereka akan menghadapi agenda besar pemilihan calon anggota legislatif dan pemilihan presiden. Berbagai cara sudah mulai dilakukan termasuk melakukan seleksi calon presiden dan wakilnya yang akan diusung. Tidak ketinggalan juga partai politik berbasis islam turut meramaikan agenda lima tahunan ini. Wacana membentuk koalisi partai islam pun digulirkan. Dikalangan umat islam sendiri masih terdapat perbedaan sikap terkait dengan sistem politik berbiaya tinggi ini. Terutama bagi mereka yang menolak demokrasi yang katanya system kufur yang tidak berlandaskan syar'i. Namun sebagian lagi mencoba menikmatinya. Terlalu kecil apabila kekuasaan menjadi tujuan utama karena menjadi RI 1 hanya sebatas 5 thun saja dan kekuasaan pun hanya ada di tangan kita selama itu pula. Ini bukan hanya persoalan merebut kekuasaan namun ini persoalan membangun masyarakat yang adil dan sejahtera membangun ekonomi yang mandiri dan membentuk masyarakat yang madani. Dalam pribahasa sunda ada pepatah yang mengatakan "Caina herang laukna beunang" kalau diterjemahkan airnya bening ikannya kena. Ikan akan mudah ditangkap apabia kondisi airnya jernih dan tenang sekalipun tanpa kail dan jala. Itulah yang coba kita bangun melalui system demokrasi membangun situasi negara yang stabil dan kondusif. Membentuk pemerintahan yang islami itu harus dimulai dari pembentukan individu individu yang memiliki karakter yang islami pula dan hal itu hanya bisa dilakukan apabila kondisi lingkungan sekitar dalam keadaan yang kondusif. Coba kita bayangkan ketika negara kita masih dalam kekuasaan militer. Kegiatan kegiatan keagamaan diawasi dengan ketat sampai keakar akarnya. lalu kita bandingkan dengan kondisi sekarang. Media-media islam menjamur diman-mana termasuk mereka yang menolak demokrasi bebas mencaci siapapun. Berbagai macam kegiatan keagamaan bisa kita selenggarakan dimanapun dan kapan pun. Bukankah dulu kita belajar dari rosulullah ketika perjanjian hudaibiyah. Umat Islam mendapatkan kebermanfaatan dari perjanjian yang dilakukan dengan kafir quraish selama sepuluh tahun. lalu apa bedanya dengan sekarang yang nyatanya kita bemusyawarah dengan sesama muslim sendiri dan kita mendapatkan manfaat dari itu selama 15 tahun reformasi. Atau sudah lupakah kita dengan piagam madinah yang mencoba untuk mempersatukan umat islam dan membuat perjanjian damai dengan kaum yahudi. Jika tidak seperti itu mungkin islam tidak akan pernah sampai hingga dataran eropa karena energi mereka habis untuk perang saudara. Begitulah seharusnya kita memandang demokrasi. Demokrasi bukanlah tujuan tapi hanya sebatas sarana karena menegakan khilafah itu masih harus menempuh jalan yang panjang. Tidak berdemokrasi tapi tidak ada aksi hanya bisa mencaci.

No comments:

Post a Comment