Wednesday, March 12, 2014

Melanjutkan Estafet Dakwah

Oleh : Misbahurrohim


Dakwah itu Ibarat seperti kita sedang memyemai benih tanamanan. Prosesnya panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Hasil yang akan diperoleh bergantung pada keterampilan kita dalam bercocok tanam. Namun keberhasilannya pula bergantung pada cuaca yang saat ini sangat sulit untuk ditentukan. Segenap tenaga dan materi diberikan agar hasil yang diperoleh menjadi optimal. Tetapi Adakalanya, apa yang kita mulai ini belum tentu kita yang menuai. Karena menempuh proses yang panjang mungkin saja kita menemui kegagalan. Semua proses harus dimulai lagi dari awal atau menunggu sampai masa tanam tahun depan. Itulah merupakan sebagian kecil dari tabiat dakwah yang bisa kita gambarkan. Bahkan dikatakan jalan dakwah itu panjang berliku dan ketika sampai diujungnya maka kita akan menemukan jurang yang terjal. Ketika kita menemukan sebuah jalan yang lurus-lurus saja dan kita dibuat nyaman dengannya, cobalah kita untuk menoleh kebelakang karena kita mungkin salah Jalan. Inilah jalan dakwah yang diwarisi oleh para nabi. Dakwah akan terlus berlanjut sampai kapanpun entah siapa nanti yang akan mewarisinya. Selama kebatilan itu ada maka kader-kader dakwah yang akan menghalaunya.

Ketika kita berkaca pada Al-Qur'an, didalamnya banyak dikisahkan sejarah perjuangan para Nabi dan rosul. Bukan sekedar dicaci dan dimaki, tidak sedikit diantara mereka yang dibunuh, disiksa dan dizalimi. Cukuplah kisah Musa as dan Yusuf as memberi kita pelajaran akan beratnya jalan dakwah yang mereka tempuh. Namun Keteguhan hati mereka tidak tergoyahkan karena jelas apa yang telah Allah janjikan. Allah SWT berfirman :

"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka membunuh atau terbunuh (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alqur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan Jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian kemenangan yang agung."(QS. At-taubah : 111)

Tidak ada satupun orang yang membantah bahwa keinginan terbesarnya adalah masuk kedalam syurga yang telah Ia siapkan termasuk diantaranya adalah para aktivis dakwah. Apa yang terkandung di dalam Alqur'an tidak pernah lekang oleh zaman. Apa yang berlaku pada saat ia diturunkan maka berlaku pulalah kemudian.

Dakwah adalah suatu rangkaian kegiatan yang tersusun dan tertata dengan rapi untuk menyeru ummat manusia pada jalan kebaikan. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa tabiat jalan dakwah yang begitu sulit dan panjang menuntut kita untuk menetapkan tujuan, sarana pendukung dan metode dakwah agar dakwah kita menjadi suatu gerakan yang tertata dengan rapih, terukur dan memiliki konsep yang jelas. Menjadi sebuah keniscayaan bahwa zaman telah banyak berubah. Masyarakat yang dulu menjadi kelas menengah merangkak naik menjadi kelas atas karena ekonomi dunia meningkat. Namun tidak sedikit pula ketika disebagian belahan dunia lainnya kemiskinan masih menjadi. Teknologi berkembang dengan sangat pesat dan media informasi bergerak dengan sangat cepat menyajikan informasi dalam hitungan detik. Kondisi seperti ini menjadi sebuah keniscayaan pula apabila kemudian kita menentukan sasaran dan sarana dakwah yang berbeda. Misalkan dengan menggunakan media sosial yang memudahkan kita untuk bersyi'ar. Namun bukan berarti tanpa hambatan, kerena sekali lagi bahwa tabiat dakwah itu berlaku sama untuk kemarin dan hari ini. Mesti ada orang-orang yang melakukan penolakan baik secara sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan.

Dakwah harus dibangun diatas perinsip berkesinambungan agar kerja-kerja dakwah itu terus berlanjut sampai kapanpun. Kita menyadari bahwa tidak selamanya kita bisa tegak berdiri dan turut menikmati hasil yang sudah kita tanam. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk melakukan regenerasi dan mewariskan apa yang telah kita bangun ini kepada kader-kader pewaris para Nabi. Selain dengan melakukan pembinaan secara cermat dan teliti, menurut Syaikh Mushthafa Mansyur proses pewarisan harus melalui koeksistensi dan regenerasi antar generasi yang bergantung besar dari keteladanan. Dari sini setiap generasi akan tahu nilai-nilai yang dipegang teguh dari generasi sebelumnya. Sarana dan metode dakwah yang digunakan serta tujuan yang telah ditetapkan. Namun tetap saja pembinaan yang cermat dan teliti tidak boleh ditinggalkan. Pembinaan ini termasuk didalamnya adalah adalah pengenalan medan dan penugasan lapangan. Seorang calon aktivis dakwah harus turut berkontribusi dan turut andil dalam kerja-kerja dakwah. Hal ini dilakukan untuk membentuk mentalitas yang baik bagi sang da'i dan membiasakannya dengan agenda-agenda yang sangat padat disamping agenda pribadinya. Penugasan lapangan akan membiasakan seorang calon aktivis untuk memikul beban yang berat dan memberikan pelajaran secara teknis dan taktis dilapangan.

Beberapa Kriteria aktivis dakwah yang penting untuk dimiliki diantaranya :

Memiliki wawasan yang luas
Ilmu menjadi syarat penting yang harus dimiliki oleh seorang aktivis dakwah. Ilmu akan memberikan pemahaman yang benar tentang Islam. Ilmu juga memberikan pemahaman tentang bagaimana para Nabi berjuang sehingga jelas terang benderang jalan dakwah. Amar ma'ruf itu meluruskan yang salah agar menjadi benar. Bagaimana seorang dai bisa mengajarkan Ilmu agama jika ia sendiri tidak memiliki pemahaman yang mumpuni sedangkan Agama itu sendiri adalah nasihat. Ilmu menjadi penting karena ia menjadi bekal bagi seorang da'i. Ilmu mengajarkannya untuk sabar dengan jalan yang ia tempuh dan ilmu juga mengajarkannya syukur dengan apa yang telah ia raih. Wawasan yang luas juga bisa membuat seorang dai mampu berpikir secara integral dan menyeluruh. Buahnya adalah ia mampu menunjukan konsep dakwah yang jelas dan metode yang tepat.

Memiliki jiwa dan kepekaan sosial
Dakwah tidak bisa lepas dari aktivitas sosial karena perubahan itu akan terasa apabila dakwah bisa berinteraksi dengan lingkungan msyarakat baik secara individu maupun kelompok. Karena dakwah itu juga menyeru pada kebaikan. Menyeru orang lain bukan hanya diri sendiri. Dakwah itu bermula dari cara pandang kita terhadap lingkungan sekitar. Menyangkut persoalan masyarakat yang perlu diluruskan. Mana perkara yang benar dan mana yang salah. Kewajiban seorang da'i juga dituntut untuk bisa menjadi teladan dengan memiliki akhlak yang baik karena dengan berinteraksi dengan masyarakat banyak mau tidak mau apa yang dilakukan oleh setiap juru dakwah akan dijadikan sebagai kerangka berpikir seseorang mengenai materi yang dibawanya. Masyarakat akan memandang Islam sesuai dengan apa yang dilakulan oleh sang da'i

Teguh dan rela berkorban
Sebagimana dikemukakan di atas bahwa dakwah ini tidak bisa dipikul oleh individu-individu yang lemah karena jalan ini menuntut kerja keras dan pengorbanan yang berat. Berbagai macam tantangan akan dihadapi, Tantangan dari keluarga yang meminta haknya untuk dipenuhi, tantangan dari teman kita bermain dan bekerja sampai tantangan finansial yang menuntut kita banyak berkorban. Sering kali kita dituntut untuk memprioritaskan urusan yang menyangkut hak orang lain dibandingkan dengan urusan pribadi. Kita dituntut untuk lebih banyak memberi dibandingkan menerima apapun. Bahkan ketika kita memiliki keterbatasan dalam hal apa pun.

Tertib dalam segala Urusan
Dakwah itu bukan sebuah profesi namun bukan pula kerja-kerja sampingan. Namun sering kali waktu yang kita miliki habis untuk menjalankan aktivitas ini. Manajemen waktu merupakan sebuah persoalan yang harus dikuasai oleh seorang aktivis dakwah agar berbagai macam agenda yang ia miliki baik menyangkut urusan pribadi maupun urusan dakwah itu sendiri tidak saling tumpang tindih dan saling menghambat satu sama lain. Sehingga hak-hak semua orang yang menyangkut dengan agenda kita bisa dipenuhi.

Itulah sedikit gambaran bagaimana cara pandang kita terhadap dakwah yang berkesinambuangan. Dakwah itu terwarisi dan harus diwariskaan agar agenda-agenda dakwah bisa terus berjalan untuk mencapai sasaran dan tujuannya Namun perlu diingat bahwa ada atau tidaknya kita maka dakwah itu akan tetap ada seperti yang Allah tetapkan

"Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa diantara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun MencintaiNya, dan bersikap lemah lembut orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikanNya kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (pemberianNya), Maha Mengetahui." (QS. Al-Maidah: 54)

No comments:

Post a Comment